CARI BERITA DI BLOG INI

Senin, 19 Agustus 2013

Terduga Teroris Asal Banyumas Terpengaruh Baasyir

Inspektur Jenderal Ronny Sompie
KM, Jakarta- Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Ronny F. Sompie, mengkonfirmasi kebenaran penangkapan Imam Syafei, 21 tahun, oleh Densus 88 di Desa
Kebarongan, Kecamatan Kemranjen, Banyumas. Imam Syafei ditangkap saat sedang berada di warung di Jalan Raya Buntu.

Syafei merupakan lulusan MTs Kebarongan, Kemranjen. Desa Kemranjen juga merupakan tempat tinggal Panglima Sayap Militer Jemaah Islamiyah (JI) Abu Dujana. Syafei sendiri merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara pasangan Slamet Raharjo, 65 tahun, dan Musrifah, 62 tahun.

"Anak saya mulai berubah sejak suka membaca buku-buku karangan Abu Bakar Baasyir," kata Slamet Raharjo, Ahad, 18 Agustus 2013.

Ia mengatakan, anaknya sering diperingatkan untuk tak membaca karya-karya Abu Bakar yang saat ini dipenjara di Nusakambangan itu. Namun anaknya bergeming dan terus membaca buku-buku sarat nuansa Islam garis keras itu.

Masih menurut Slamet, Syafei berkenalan dengan teman-temannya melalui Internet. Syafei juga diketahui sering pergi meninggalkan rumah tanpa berpamitan.

Ia merasa tabiat anaknya berubah sejak beberapa bulan terakhir. Bahkan, kata dia, Syafei pernah pergi dari rumah selama empat bulan dan baru pulang saat puasa kemarin.

Syafei ditangkap Densus 88 karena diduga terlibat perencanaan pengeboman Kedutaan Besar Myanmar dan vihara Buddha. Ia ikut pelatihan membuat bom yang dilatih oleh Sepriano alias Mambo.

Imam juga melakukan latihan militer (I'dad) di Gunung Salak, Jawa Barat, Januari 2013. Ia diduga menjadi pencari dana untuk halaqoh yang dipimpin Rohadi.

Desa Kebarongan selama ini dikenal dengan warganya yang taat beribadah. Di desa itu juga ada Pondok Pesantren Wathoniyah Islamiyah, yang salah satu alumnusnya bernama Saefudin Zuhry.

Saefudin merupakan kaki tangan Noordin M. Top. Ia yang merancang tempat persembunyian Noordin di Cilacap hingga bisa menikah lagi dan mempunyai anak dengan salah satu gadis di Cilacap.

H. Muchrojin, 69 tahun, tokoh Desa Kebarongan, Kecamatan Kemranjen, yang juga mantan guru sejarah di Pondok Pesantren Wathoniyah Islamiyah, mengatakan pondok tersebut berdiri tahun 1878. "Soal kurikulum sudah ikut pemerintah sejak tahun 1970-an," katanya. (www.tempo.co)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Arabic

Kriminal

More on this category »

Olah Raga

More on this category »

1 Follow = Peace

1 Like = 1 Thanks